Strategi Menabung

Diposting oleh parvidia | 10.06.00 | 0 komentar »

Artikel ini diambil dari situs Bisnis Indonesia
oleh : Lisa Nuryanti pemerhati Etika Dan kepribadian
Seperti biasa, setiap akhir bulan, Ayu merasa senang menerima gaji. Dia merasa jerih payahnya dalam bekerja ada hasilnya. Sudah terbayang apa yang akan dilakukannya dengan gajinya tersebut. Beli beras, bayar listrik, bayar telepon, belanja sehari-hari, dan lain-lain.
Tapi setelah uang gajinya dipisah-pisahkan dalam beberapa amplop untuk setiap kebutuhan, sisanya tidak banyak lagi. Kalau melihat sisa gajinya, perasaan senangnya berkurang.
Uang itu tidak cukup untuk membeli sepatu baru. Sepatunya memang sudah harus diganti. Sudah tidak layak pakai. Kemana pun dia pergi, Ayu selalu membawa lem untuk merekatkan sol sepatunya kalau-kalau lepas. Sudah dua kali dia mengalami lepas hak sepatu ketika sedang berjalan menuju kantornya. Kejadian pertama membuatnya pusing. Untung tak jauh dari tempat kejadian Ayu menemukan penjual lem. Sejak saat itu, dia selalu membawa lem dalam tasnya.
Padahal, kalau dihitung, sudah tiga tahun Ayu bekerja. Tapi hasilnya belum terasa. Gajinya habis melulu. Setiap akhir bulan, dia berharap-harap cemas agar uang gaji diberikan tepat waktu. Terlambat sehari saja, bisa runyam deh. Dia pernah hanya makan tahu goreng untuk makan siang di kantor karena gaji baru dibagikan keesokan harinya, sedangkan uangnya pas-pasan untuk biaya pulang.
Kemarin ada kejadian yang mengubah hidupnya. Reni teman sekantornya sedang dilanda musibah. Suaminya menderita penyakit usus buntu dan harus dioperasi. Pulang dari dokter sudah hari Sabtu malam. Segera Reni membawa suaminya ke rumah sakit. Reni tidak punya kartu kredit. Kartu ATM-nya juga baru saja hilang. Reni bingung karena keesokan harinya hari Minggu sedangkan besok dia harus membayar uang muka untuk rumah sakit. Senin dia baru akan pinjam uang ke kantor.
Di rumah, Reni mengeluh karena dia tidak tahu bagaimana mendapat uang muka untuk rumah sakit. Pembantunya mendengar hal itu dan bertanya berapa yang dibutuhkan Reni. Reni mengatakan perlu dua juta rupiah. Tanpa disangka, pembantunya mengatakan:"Ibu pakai uang saya aja". Reni terkejut. "Kamu punya uang dua juta?", tanya Reni. "Ada Bu. Saya ambilkan sebentar", dan pembantunya mengambil dari dompetnya sejumlah dua juta lalu memberikannya kepada Reni. Reni sampai menangis karena terharu. Uang itu adalah uang tabung-an pembantunya.
Di kantor, Reni menceritakan kejadian itu pada Ayu. Ayu juga heran. Pembantu Reni punya tabungan sebesar lebih dari dua juta rupiah? Ayu malu, kalau dibandingkan dengan dirinya sendiri, sungguh jauh bedanya. Berapa gaji seorang pembantu rumah tangga? Gaji Ayu pasti lebih besar. Tapi berapa jumlah uang tabungan Ayu? Paling-paling dua ratus ribu. Itupun akan dipakainya sebagian untuk beli sepatu. Tapi, pembantu Reni bisa menabung dua juta rupiah? Benar-benar ajaib.
Ayu penasaran. Dia bertanya kepada Reni bagaimana cara pembantunya menabung sehingga berhasil memiliki tabungan sebanyak itu. Reni juga penasaran, ingin tahu bagaimana caranya. Reni pun bertanya kepada pembantunya mengenai kiat menabung.
Ternyata, cara pembantu Reni menabung sangat sederhana. Berapapun gaji yang diperolehnya, sepuluh persen selalu ditabung. Dia punya dompet khusus untuk menabung. Sekali uang sudah masuk ke dompet itu, maka pembantu Reni menganggap uang itu sudah hilang. Jadi betapapun dia tidak punya uang, sekalipun gajinya sudah habis, dia tidak pernah mengambil uang tabungannya. Karena baginya, uang itu sudah tidak ada. Sudah bukan miliknya lagi.
Reni bertanya, bagaimana kalau sisanya memang tidak cukup untuk segala keperluannya. Dengan sederhana, pembantunya menjawab, "Cukup atau tidak, pokoknya sepuluh persen saya tabung. Saya anggap hilang." "Kamu tidak tergoda untuk memakai uang itu?", tanya Reni. "Kadang-kadang memang ingin pakai, tapi saya anggap bukan uang saya lagi kok."
Ayu tergerak hatinya. Kejadian itu menimbulkan inspirasi baru. Ayu juga ingin meniru cara menabung sederhana yang diterapkan pembantu Reni. Dua bulan lalu Ayu menyisihkan sepuluh persen dari gajinya untuk ditabung. kemudian dia akan melupakannya. Dia akan menganggapnya hilang. Tapi ternyata di akhir bulan, uangnya habis. Untuk naik bis ke kantor saja tidak ada lagi. Akhirnya terpaksa uang tabungannya diambil lagi.
Ternyata sulit ya menabung. Ayu mencoba lagi, bulan lalu dia kembali menyisihkan bukan sepuluh persen, tapi lima persen saja.
Selain itu dia merubah gaya hidupnya. Biasanya setiap pagi Ayu sarapan di dekat kantornya. Tapi sejak bulan lalu, dia makan di rumah atau membawa makanan dari rumah. Ayu sempatkan membuat nasi goreng. Kadang dibawanya ke kantor. Malah ada beberapa temannya yang ingin pesan nasi goreng buatannya. Ayu tidak keberatan, lumayan untuk tambah biaya transport.
Ternyata berhasil. Uang tabungannya tidak terganggu. Ayu berniat terus menabung lima persen dari gajinya tiap bulan. Yang penting niat. You can if you think you can!
Parvidia Pakaya

Kiat Bijak Berhutang

Diposting oleh parvidia | 09.40.00 | 0 komentar »

HARI GINI ENGGAK PUNYA HUTANG??
Kiat Bijak BerhutangProf. Roy Sembel, Ph.D (Smart_WISDOM@yahoogroups.com)
Akademisi dan Praktisi Keuangan di Jakarta
Alkisah, ada kontes membuat gajah menangis. Peserta pertama, pawang gajah dari India, memainkan seruling dengan lagu yang terdengar sangat memilukan hati. Sayang sekali, gajah tidak bergeming. Peserta kedua datang dari Afrika tengah, membawakan tari-tarian tradisional yang menyayat sukma. Namun... sang gajah tetap tegar! Peserta ketiga dari Indonesia. Lho kok yang datang ekonom? Si ekonom segera mendekat ke telinga gajah dan membisikkan sesuatu. Dan ..... sang gajah pun menangis tersedu-sedu :-(
Apa sih yang dibisikkan? Sederhana saja kok: "...Hutang Indonesia lebih dari seribu trilyun rupiah...." Weleh-weleh, pantesan si gajah terharu-biru. Hutang memang bisa mendatangkan petaka tragis. Hutang berlebihan bukan hanya berbahaya bagi negara. Bagi perorangan pun hutang yang bertumpuk bisa menyebabkan bencana.Keinginan untuk hidup enak sesaat sering membuat orang mengabaikan dampak jangka panjang. Jalan pintas pun ditempuh: Berhutang. Di kota besar seperti Jakarta, tekanan berhutang lebih gencar. Tak heran banyak pengamen melantunkan lagu ibu kota memang lebih kejam dari ibu tiri.
Pasalnya, pola hidup mewah cenderung dianggap menjadi ukuran kesuksesan seseorang. Gambaran orang sukses sudah salah arah ke arah materialistis, bukan lagi orang yang dapat mencapai cita atau keinginan yang besar dengan jalan berusaha keras, jujur tanpa merugikan orang lain. Pola pikir bahwa kepemilikan barang mewah menjadikan orang disegani, dapat merusak tatanan keuangan keluarga. Berhutang untuk kemewahan seperti mobil mewah mengakibatkan kita menanggung bukan hanya beban bunga yang besar, tapi juga biaya perawatan bulanan yang sangat tinggi. Tambahan pula, nilai barang seperti ini biasanya akan mengalami penurunan drastis, bisa mencapai 20-30% per tahun. Oleh karena itu sedapat mungkin jangan mudah terperangkap pola gaya hidup berlebihan yang akan memaksa kita untuk berhutang.
Malu bertanya, sesat berhutang
Jadi, enggak boleh ngutang nih? Jangan kesusu gitu dong, ceritanya belum selesai Bung! Keterbatasan penghasilan bulanan keluarga sering membuat hutang menjadi alternatif sumber pendanaan. Akan tetapi hutang yang diambil haruslah sejalan dengan tujuan masa depan yang telah direncanakan semula.
Tidak semua hutang sama. Ada hutang baik dan ada hutang buruk. Hutang baik adalah hutang yang digunakan untuk mengembangkan aset produktif (aset yang akan menghasilkan pendapatan di masa depan). Pendapatan dari aset produktif ini cukup untuk membayar hutang. Misal saja hutang untuk membeli ruko yang selanjutnya memberikan pemasukan sewa adalah hutang baik. Sebaliknya hutang digunakan untuk memuaskan keinginan meningkatkan gaya hidup dengan membeli aset non produktif seperti mobil mewah adalah termasuk hutang buruk. Hutang ini biasanya selain berbunga tinggi (baik secara nyata maupun terselubung) juga mengakibatkan peningkatan pengeluaran bulanan akibat. Jadi, berhutang boleh saja asalkan hutang itu termasuk hutang baik. Hutang yang tabu adalah hutang buruk.
Agar tidak terjebak ke dalam keputusan berhutang yang keliru, ada minimal tiga pertanyaan kunci yang perlu diajukan sebelum memutuskan berhutang: (1) Untuk apa hutang tersebut digunakan?; (2) Berapa besar hutang yang ingin dan mampu Anda ambil?; (3) Bagaimana hutang itu bisa dilunasi dalam keadaan darurat?
Pertanyaan pertama adalah untuk memeriksa kesesuaian antara keputusan hutang yang akan anda buat dan berbagai tujuan masa depan yang telah ditetapkan. Dalam mengambil keputusan untuk berhutang harus dilihat kebutuhan serta kegunaan dari barang atau aset yang akan dibeli dengan hutang. Keputusan berhutang tanpa mempertimbangkan dampaknya terhadap kelangsungan arus kas, dapat merusak tatanan keuangan. Pembayaran cicilan bulanan tetap disarankan tidak melebihi rasio pembayaran hutang yang tercakup di pertanyaan kedua.
Pertanyaan kedua bertujuan untuk memeriksa kondisi keuangan melalui besaran rasio pembayaran hutang. Angka yang dianjurkan sebagai batas atas dari rasio ini adalah 30%. Artinya adalah bila pendapatan bersih Anda sebesar 5 juta rupiah per bulan maka batas pembayaran cicilan hutang per bulan yang dianggap bijak adalah tidak lebih dari 1,5 juta rupiah.
Berhutang dalam batas wajar menunjukkan bahwa kita telah menganggarkan dana untuk kebutuhan dasar keluarga seperti belanja bulanan, dana darurat, dana pendidikan anak dan dana pensiun. Keempat pos tersebut merupakan prioritas yang harus terpenuhi. Penetapan pembayaran cicilan hutang tiap bulannya sebagai prioritas terakhir dalam perencanaan pengeluaran akan mendorong kita untuk berinvestasi lebih banyak untuk tujuan yang menjadi prioritas utama di masa depan.
Pertanyaan ketiga adalah untuk mengantisipasi keadaan darurat. Ada keadaan darurat yang dampaknya permanen, seperti risiko meninggal dunia dari pencari nafkah utama, ada pula yang sementara, misalnya musibah sakit atau kecelakaan. Telah disebutkan sebelumnya bahwa batas dari pembayaran cicilan yang dianjurkan adalah tidak lebih dari 30% penghasilan bersih bulanan. Namun perlu diperhatikan agar batas 30% ini jangan digunakan seluruhnya untuk kebutuhan yang terlihat sekarang. Sisakan sebagian untuk keperluan mendadak seperti biaya berobat. Bila tidak diantisipasi, kebutuhan mendadak bisa menjadi sangat memberatkan keuangan keluarga.
Kartu kredit dan pinjaman personal tanpa agunan bisa menjadi alternatif untuk pembiayaan tak terduga. Untuk kebutuhan yang sangat mendesak, dapat juga digunakan jasa penggadaian. Lewat jasa ini dapat diperoleh uang secara cepat tanpa dikenakan bunga bila Anda melunasinya dalam tempo tertentu misalnya dua minggu.
Hutang adalah ibarat pedang bermata dua. Agar tidak tersayat mata tajam pedang itu, perlu diingat aturan sederhana ini: Hindarilah hutang untuk memenuhi keinginan konsumtif dan justru membuat aset menyusut. Berhutanglah untuk berinvestasi yang akan membuat kekayaan bersih kita tumbuh berkembang. Dan ... sang gajah pun kembali tersenyum ceria. :-)

Kesempatan

Diposting oleh parvidia | 21.08.00 | 0 komentar »

Ada 3 tipe manusia melihat sebuah kesempatan. Dalam pepatah mandarin dikatakan:
Orang yang lemah, menunggu kesempatan.
Orang yang kuat, menciptakan kesempatan.
Orang yang cerdik/bijak, memanfaatkan kesempatan.
Bagi orang lemah, bila kesempatan belum datang, dia akan menunggu dan menunggu sampai kesempatan itu datang. Bila ditunggu kesempatan belum juga datang, dia berpikir, yah.... ini memang nasibku.
Tipe kedua, bagi orang kuat, bila kesempatan belum datang, dia akan mengunakan berbagai macam cara, kreatifitas, koneksitas, dan segenap kemampuannya untuk menciptakan kesempatan itu datang padanya.
Tipe ketiga, bagi orang cerdik/bijak, dia akan memanfaatkan kesempatan karena dia menyadari kesempatan adalah sesuatu yang berharga, belum tentu kesempatan itu datang untuk kedua kali.
Memang pada kondisi tertentu, kadang munculnya kesempatan itu butuh pematangan waktu. Kita perlu menunggu sesaat, tetapi bukan dengan sikap yang pasif, sebaliknya, kita menunggu kesempatan itu dengan sikap waspada, proaktif dan penuh kesiapan.
Seperti sikap seekor kucing yang akan menangkap tikus, kucing bisa dengan sabar, waspada, penuh kesiapan menunggu kesempatan tikus keluar dari lubang persembunyiannya. Begitu tikus keluar, kucing akan segera menyergap mangsanya.

Keberhasilan kucing melumpuhkan tikus adalah serangkaian proses melakukan 3 hal yang saya bicarakan di atas, yaitu kemampuan menunggu kesempatan bukan secara pasif tetapi proaktif, penuh kesiapan. Begitu kesempatan tercipta langsung dimanfaatkan.

Kesempatan merupakan salah satu faktor yang harus dimiliki bagi siapa saja yang mau mengembangkan diri. Tanpa kesempatan yang tersedia, tidak mungkin kita bisa sukses. Oleh sebab itu bila kesempatan belum datang, kita harus berusaha menciptakannya, bahkan di dalam kesulitan pun, jika kita punya keuletan untuk berusaha terus menerus, suatu hari, kesempatan pasti akan datang.

Persis seperti yang dikatakan oleh ilmuwan besar Albert Enstein, "in the middle of difficulty lies opportunities" (di dalam setiap kesulitan terdapat kesempatan).

Pastikan dengan segenap kreatifitas, kerja keras, keuletan dan niat baik kita ciptakan kesempatan, manfaatkan kesempatan untuk mengembangkan diri semaksimal mungkin dan memperoleh kehidupan yang lebih baik, lebih sukses, dan lebih berarti !!!

Sumber : Kesempatan oleh Andrie Wongso - Action & Wisdom Motivation Training